HFN60 - CAHPU

HFN60 - CAHPU

Sabtu, 28 April 2012

Hydraulic Pumping Unit


Hydraulic Pumping Unit (HPU), Pertama dan Satu-satunya di Dunia

Published By Seputar Wirausaha under Teknologi Industri  Tags: industri  

Pensiunan PT. Caltex Pacific Indonesia berhasil menciptakan alat penggerak pompa sumur minyak bumi. Alat yang menggunakan minyak hidrolik dan diberi nama Hydraulic Pumping Unit ini konon satu-satunya di dunia. Sayang terbentur prosedural.

Gayanya cenderung seperti seniman. Rambut panjang acak-acakan, pakai sandal, dan penampilan yang sangat sederhana. Itulah kesan pertama kali melihat Firdaus, ayah lima anak. Siapa nyangka kalau di balik semua itu, di tangan pria kelahiran Solok 1950 ini, telah lahir sebuah teknologi yang cukup penting, terutama dibidang pengeboran minyak. “Tadinya cuma karena penasaran, kok setiap sumur kecil di bawah 450 barel, selalu ditutup. Kan sayang? Setelah saya tanya, tenyata tidak ada pompa yang berkapasitas kecil,” cerita Firdaus tentang awal penemuannya.

Memang, di pertambangan minyak, selama ini hanya dikenal dua jenis pompa, yaitu beam pumping dan submarseble. Dua pompa ini daya hisapnya berskala besar, di atas 450 barel. Karena itu, setiap sumur yang menghasilkan minyak di bawah kapasitas kerja pompa itu akan tutup kembali.

Kenyataan itu, kata Firdaus yang lulusan sebuah STM di Pekanbaru, jurusan mesin, membuatnya terpanggil untuk berbuat sesuatu. “Cuma waktu itu saya masih terbentur dengan kesibukan sebagai karyawan Caltex,” ungkap pria yang masuk Caltex tahun 1974 dengan posisi automotive shop mechanic di bagian light vehicle and heavy equipment.

Berbagai kursus dan pelatihan yang ia ikuti seperti perawatan holden HZ, rig mechanic, modifikasi rig dan hydraulic system, perawatan mesin gas dan huft & pult, perbaikan dan perawatan mud pump (triplex pump), dasar-dasar mesin, equipment and basic engine, pelatihan eletrical, teknologi vibrasi, minitoring dan optimasi, peralatan pengangkat buatan, serta beberapa lagi, membuatnya yakin bisa menciptakan mesin untuk mengatasi sumur minyak seperti di atas. “Cuma saat itu masih gagasan saja,” katanya.

Di tahun 1991, Firdaus mendapat tugas sebagai welder. Pekerjaannya meliputi jaringan pipa gas, perawatan pipa, penggantian pipa, pemasangan pipa, pemasangan pompa angguk (beam pumping) dan memperbaiki casing di sumur produksi.

Tiga tahun kemudian pria keturunan Sumatera Barat ini mendapat tugas sebagai supervisor construction. Bahkan setahun kemudian menjadi team leader, mengawasi jalan lokasi minyak dan kontruksi,  pembuatan gas booth vessel dan sebagainya.

Dalam sebuah rapat, Firdaus kembali tersentak ketika ia mengetahui makin banyak saja sumur-sumur kecil yang ditutup. Saat itu juga ia melontarkan pertanyaan, kalau saja ada pompa kecil, apa Caltex mau mempergunakannya? Karena di dunia ini memang tidak ada pompa yang demikian, tambah Firdaus, pertanyaan itu seperti tidak digubris oleh peserta rapat lain. “Tapi sejak itu saya membulatkan tekad, bahwa alat yang selama ini ada dalam benak saya harus direalisasikan”.

Pensiun Muda
Tahun 1997 muncul program pensiun muda. Firdaus pun mengajukan diri dan dapat pesangon Rp. 70 juta rupiah. “Tadinya buat modal, ternyata kurang,” ungkapnya terbahak. Mulanya gagasan itu ia tuangkan dalam kertas dengan bentuk gambar. Setelah dirasa sempurna, Firdaus presentasi dengan pihak Caltex yang menjadi sasaran awal konsumen alat ciptaannya. Setelah setuju, Firdaus mulai produksi. Ia rekrut beberapa ahli las dan mekanik. “Karena tidak ada modal, saya gandeng PT. Buana Ambara Manunggal”.
Selama kurang lebih sebulan, alat penggerak pompa sumur minyak bumi dengan tabung pengangkat di tengah yang mempergunakan minyak hidrolik, jadi dan siap dipasang. “Sejak itu dan sampai sekarang Caltex menjadi pelanggan tetap saya,” ujarnya bangga.

Sampai sekarang alat itu sudah mempunyai tiga generasi. Generasi pertama diberi nama BAM F-2000 yang diproduksi sebanyak 41. Generasi kedua HNH yang kerjasama dengan PT. Tenar Indoam Oil Service dan diproduksi sebanyak 25 unit. Sedangkan yang mutakhir atau generasi ketiga adalah Hydraulic Pumping Unit HF&AF- 2000 yang diproduksi oleh PT.Hijriah Firdaus Rahmatullah, milik Firdaus. Selain Caltex juga memanfaatkan alat itu, Pertamina dan Kondur Petroleum.

Supaya diakui dan tidak dicontek, tahun 2001 Firdaus mendaftarkan penemuannya itu ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman, dengan sertifikat Hak Paten bernomor ID 009758. “Kurang lebih dua tahun saya menunggu dan patennya baru keluar beberapa bulan lalu,” katanya.

Prosedural dan Peran Pemerintah
Sudah hampir seratus unit alat penggerak pompa yang diproduksi Firdaus. Dari semua itu, tak satupun yang berhasil Firdaus jual karena menggunakan sistem sewa dengan harga US$27.000 (BAM-200), US$ 38.000 (HNH) dan US$ 44.250 untuk generasi mutakhir. “Soal ini saya terbentur dengan prosedural. Pertambangan di Indonesia tidak boleh membeli dan mengeluarkan anggaran yang besar tanpa persetujuan beberapa pihak, termasuk pemerintah. Sementara saya untuk mengurusnya tidak punya kekuatan,” ujarnya gelisah.

Dengan sistem seperti itu, Firdaus merasa penemuannya menjadi terhambat. Padahal, katanya, di seluruh dunia belum ada alat seperti yang diciptakannya. “Kalau begini, bagaimana mau merambah pasar luar kalau di dalam negeri saja alat saya masih kesulitan?”

Ia berharap peran pemerintah dalam hal ini. “Sumur di Indonesia ribuan jumlahnya. Kalau semua memakai alat produksi dalam negeri, berapa ribu orang tenaga kerja bisa terserap?” kata Firdaus.
“Kalau buat saya pribadi rasanya sudah cukuplah. Tapi kita tidak hanya berpikir buat kita, tapi juga generasi kita. Apa yang bisa kita sumbangkan buat mereka? Gemes saya rasanya karena pasarnya memang sangat potensial. Sayang tidak ada dukungan,” katanya lagi dengan semangat.

Jika pemerintah bersedia membiayai, Firdaus mengaku bersedia menjadi bagian produksinya. “Saya akan senang sekali jika alat ciptaan saya itu bisa di ekspor ke luar negeri. Saya sebagai orang Indonesia sangat bangga sekali jika karya-karya orang Indonesia bisa dijual ke mancanegara. Saya sangat mengharapkan sekali pemerintah mau mengajak kerjasama, karena saya bisa mempekerjakan karyawan lebih banyak lagi dari sekarang” ujar Firdaus dengan penuh harap.


Selasa, 14 Februari 2012

HFN60 - CAHPU

HFN60 – CAHPU (COMBINATION AIR HYDRAULIC PUMPING UNIT)


Gambaran Umum
Artificial lift ini menggunakan cylinder double acting, yang mana naik menggunakan tekanan media angin dan turun menggunakan media minyak hidrolik, tekanan media angin berasal dari tabung angin yang tersimpan pada power pack, tekanan media minyak hidrolik berasal dari pompa hidrolik yang diputar oleh electric motor yang juga terletak pada power pack.
Ini merupakan temuan Firdaus, dalam artificial lift khusus Hydraulic Pumping Unit (HPU) generasi keempat (4), yang mana temuan-temuan sebelumnya memiliki ciri-ciri dan kelebihan masing-masing, sehingga temuan generasi keempat (4) ini juga memiliki kelebihan-kelebihan dari temuan-temuan sebelumnya, diantaranya adalah biaya pembuatan yang lebih murah, biaya operasional yang lebih ringan dan biaya perawatan yang rendah.

Komponen Umum
Name
Brand Name
Size
Advantages
Differences
HPU
HFN60

Invention of Indonesia
Fourth generation
Cylinder
Shuttle Piston Cylinder
D: 3” – 6”
T: 60” – 120”
Based on load capacity
Pergerakan terjadi didalam tabung cylinder
Sampson post
Triangle
T: 60”
Bolted on wellhead
Lebih kokoh
Stuffing box
HFN stuffing box
T: 12”
Screwed on pumping TEE
All type wellhead connection
Power pack
CAHPU
2m * 1.5m
Smooth operation
Tidak berisik

Spesifikasi Umum
Name
Advantages
1.      Shuttle Piston Cylinder
·         Stroke Length (SL): 60, 80, 100, and 120 inch (based on request)
·         Stroke Per Minute (SPM): 1 – 8 kali
·         Centralized movement and direct hydraulic lifting system
·         Air drive for up stroke and hydraulic drive for down stroke
2.      Triangle Sampson post
Bolted on any type of wellhead
3.      HFN Stuffing Box
Screwed on pumping TEE
4.      Load Capacity
Capacity up to 25.000 lbs
5.      Electric Motor
Up to 30 HP, 50/60 Hz and 220/480 Volt, low power consumption
6.      Hydraulic Pump
Low pump capacity (<50 gallon/minute), low oil consumption


Tipe-tipe Umum
1. Sampson post type installation (Bolted on multiple wellhead)
 
  




2. HFN Stuffing box type installation (Screwed on pumping TEE)




Jumat, 28 Januari 2011

KEBUTUHAN BBM DUNIA

OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries; bahasa Indonesia: Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi) adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak. OPEC didirikan pada 14 September 1960 di Bagdad, Irak. Saat itu anggotanya hanya lima negara. Sejak tahun 1965 markasnya bertempat di Wina, Austria.
Berdasarkan OPEC World Energy Model (OWEM) diketahui bahwa permintaan minyak dunia pada periode jangka menengah dari tahun 2002 hingga tahun 2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan 1,8 persen per tahun. Peningkatan kebutuhan itu akan mencapai 12 juta barrel per hari (bph), atau dari 77 juta bph menjadi 89 juta bph. Demikian OWEM yang dipublikasikan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sementara, pada periode berikutnya, yakni dari tahun 2010 hingga tahun 2020 permintaan bakal naik menjadi 106 juta bph.
Minyak mentah diperkirakan masih akan mendominasi permintaan energi dunia dalam dua dekade mendatang, hingga tahun 2020. Hal itu karena minyak mentah merupakan jenis energi yang relatif memiliki pasar dan infrastruktur yang sudah memadai di dunia. OWEM juga memperkirakan, permintaan minyak mentah pada tahun 2025 akan tumbuh rata-rata 1,7 persen pada periode 2010 hingga 2025. Kebutuhan akan bertambah 9 juta bph menjadi 115 juta bph.
Disebutkan juga, meskipun permintaan minyak dunia masih didominasi oleh negara-negara maju, hampir 75 persen dari kenaikan sebesar 38 juta bph selama periode tahun 2002-2025 tersebut diserap oleh negara-negara berkembang. Faktor utama yang memacu kenaikan permintaan itu adalah pertumbuhan perekonomian dunia, khususnya di negara-negara berkembang.

KEBUTUHAN BBM DALAM NEGERI

Indonesia yang pernah menjadi salah satu anggota OPEC dikarenakan termasuk Negara yang mengekspor minyak dengan jumlah yang besar, walaupun dengan berjalannya waktu hasil produksi dalam negeri juga ikut berkurang. bahkan sekarang Indonesia termasuk Negara importer minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik berupa minyak mentah maupun BBM.
Laju peningkatan konsumsi bahan bakar minyak di dalam negeri yang semakin tinggi menyebabkan jumlah impor BBM pada tahun 2010 diperkirakan akan meningkat 40 persen dari kebutuhan dalam negeri. Impor BBM pada saat ini sebesar 30 persen dari kebutuhan dalam negeri. Angka tersebut relatif tinggi karena Indonesia merupakan negara penghasil minyak mentah. Hal itu dikemukakan pengamat perminyakan Kurtubi, mengutip data dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES). Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri pada tahun 2004 meningkat 1,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 1,115 barrel per hari (bph) menjadi 1,131 bph.
Sementara impor minyak mentah sebagai bahan baku untuk diolah pada kilang dalam negeri menjadi BBM juga terus meningkat, sekitar 40 persen dari total kebutuhan minyak mentah pada tahun 2004 menjadi sekitar 48 persen pada tahun 2010. Hal itu terjadi akibat merosotnya produksi minyak mentah di dalam negeri. Oleh sebab itu, ketergantungan impor Indonesia terhadap komoditas BBM dan minyak mentah akan terus meningkat. Hal ini akan sangat membahayakan ketahanan ekonomi masyarakat dan ketahanan keamanan nasional.
Pada kesempatan yang lain, Direktur Jenderal Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Iin Arifin Takhyan mengemukakan, produksi minyak mentah Indonesia memang semakin turun. Hal itu disebabkan oleh usia lapangan minyak di Indonesia yang sebagian besar sudah tua.
Temuan cadangan minyak dan gas Indonesia juga semakin menurun. Tahun 2000 temuan minyak dan gas mencapai di atas 2.662 juta barrel ekuivalen minyak (MMBOE). Hasil temuan itu kemudian terus menurun sehingga pada tahun 2001 menjadi 2.420 MMBOE. Tahun 2002 temuannya sebesar 2.202 MMBOE, tahun 2003 menjadi 2.212 MMBOE, dan tahun 2004 menjadi 415 MMBOE.
Demikian pula dengan produksi minyak dan kondensat Indonesia terus menurun, pada tahun 2000 hanya mencapai 1,272 juta bph, tahun 2001 menjadi 1,208 juta bph, dan tahun 2002 menjadi 1,117 juta bph. Angka ini terus menurun sehingga tahun 2003 menjadi 1,013 juta bph dan tahun 2004 tinggal menjadi 968,4 juta bph.